Senin, 30 Mei 2011

Menyikapi Perbedaan Sebagai Rahmat

Membuat postingan yang disetujui semua orang mungkin takkan pernah terjadi. Setiap orang dikarunia prespektif yang berbeda-beda dalam menyikapi sebuah persoalan. Latar belakang ideologi, politik, sosial, budaya kemungkinan berpengaruh signifikan dalam proses pembentukan opini. Ketika saya berkesimpulan kelompok 78 terlalu mementingkan kepentingan golongannya daripada kepentingan nasional. Anda mungkin saja tidak bersepakat dengan saya. Inipun sah-sah saja. Saya mungkin suka lagu2 kesha, sementara Anda membencinya. Saya suka real Madrid sementara Anda di pihak Bercelona.

Sebuah argumentasi yang bijak hendaknya dilengkapi dengan kumpulan data dan fakta yang kredibel. Selanjutnya dianalisis melalui proses berfikir yang jernih. Kejernihan dalam berfikir ini mungkin diperlukan agar diferensiasi opini tak berkembang menjadi sebuah konflik personal. Kita boleh tidak suka dengan tulisan dan pendapat orang lain, tetapi kita tidak seharusnya membenci meraka sebagai seorang manusia.

Bila kita tak setuju dengan postingan orang lain dan ingin membantahnya. Maka kita cukup menuliskan argumentasi kita dengan bahasa yang bijak. Fokuskan pada subtansi materi semata bukan pada hal2 lain di luar persoalan. kita boleh menyerang pendapat orang lain pada subtansi masalahnya bukan pada karakter kepribadiannya. Jika Saya berkesimpulan bahwa Indonesia tak perlu melakukan konfrontasi militer dengan Malaysia. kemudian Anda hanya mengatakan penulisnya banci. Anda ngawur besar. Sama ngawurnya dengan Ruhut Sitompul yang mempertanyakan pendidikan hukum Mahfud MD.

Perbedaan pendapat akan memperkaya presfektif yang kita miliki bila dikelola secara bijaksana. Diperlukan kejernihan hati dan apresiasi terhadap pendapat orang lain yang berseberangan. Jika telah begitu, perbedaan pendapat akan menjadi rahmat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar